Mengenali Gejala Orang yang Sakau Narkoba Jenis Sabu

Mengenali Gejala Orang yang Sakau Narkoba Jenis Sabu

Narkoba sabu, atau yang juga dikenal sebagai methamphetamine atau crystal meth, adalah narkotika yang sangat adiktif. Bentuknya putih, tidak berbau, pahit, dan seperti kristal. Hasil survey BNN memperlihatkan shabu sebagai narkoba peringkat 2 yang paling sering dikonsumsi oleh masyarakat di Indonesia.

Dilansir dari Kompas, kasus penyalahgunaan narkoba dan obat terlarang di Indonesia tahun 2015 hampir mencapai 6 juta jiwa. Lebih lanjut menurut data Badan Narkotika Nasional (BNN), diperkirakan 50 orang meninggal setiap harinya akibat penyalahgunaan narkotika.

Di antara berbagai efek sabu pada tubuh, narkoba ini juga dapat menyebabkan masalah jantung, termasuk detak jantung cepat, denyut jantung tak teratur, dan peningkatan tekanan darah. Jika sudah dalam tahap overdosis, sabu akan menyebabkan kejang-kejang, peningkatan suhu tubuh dan kematian. Namun, pecandu narkoba sabu yang mendadak tak memakai lagi, baik karena tak memiliki akses ke sabu maupun karena ingin berhenti, biasanya juga akan melalui suatu fase bernama sakau atau sakaw.

Seperti Apa Gejala Sakau Sabu?

Sakau sabu adalah gejala tubuh yang terjadi akibat pemberhentian pemakaian sabu secara mendadak, atau akibat penurunan dosis sabu secara drastis sekaligus. Gejala sakaw sabu bisa sama kuatnya dengan saat kecanduan. Seperti jenis narkoba lainnya, pengguna narkoba jenis sabu akan mengalami dua tipe gejala: emosional dan fisik.

Orang yang sedang sakau akibat narkoba jenis sabu biasanya akan mengalami gejala emosional sebagai berikut:

  • Nafsu makan meninggi
  • Depresi (umumnya kebal terhadap pengobatan terkait)
  • Mood swing (mudah marah, perilaku berbahaya)
  • Kesulitan berkonsentrasi
  • Ngidam sabu
  • Paranoid
  • Psikosis (cenderung skizofrenia)
  • Halusinasi
  • Kecemasan
  • Gelisah

Orang yang Sakau Narkoba Sabu Tak Mampu Merasa Senang

Saat pecandu shabu berhenti menggunakan, kadar dopamin dan reseptor dopamin yang tersedia dalam otak akan menurun drastis. Artinya, pecandu shabu yang mengalami gejala putus obat akan terjebak dalam keadaan anhedonia, alias ketidakmampuan untuk merasakan kenikmatan.

Cara Mengatasi Sakau Sabu

Walaupun gejala bisa menghilang beberapa minggu setelah gejala sakau terakhir, pasien bisa mengalami kesulitan serius mencoba mengatasi gejala psikosis tanpa bantuan orang lain.

Kecanduan dan gejala sakau sabu tergolong sangat sulit untuk ditanggulangi, terutama melalui terapi mandiri. Satu-satunya cara terbaik untuk mencapai pemulihan sepenuhnya adalah dengan melaporkan diri ke rumah sakit atau tempat rehabilitasi untuk detoksifikasi shabu, di mana ia akan melalui rencana perawatan komprehensif.

Terapi rehab akan berbeda tergantung dari masing-masing individu. Namun, jika gejala sakau sabu dianggap cukup parah, mungkin akan ada tindakan penanganan lanjutan, seperti:

  • Pengobatan psikosis menggunakan obat-obatan antipsikotik
  • Pengobatan depresi yang berjalan lebih dari dua minggu dengan antidepresan
  • Pengobatan gangguan kecemasan dengan obat penenang non-benzodiazepine
  • Pengobatan mania yang berlangsung lebih dari dua minggu dengan obat antimanik (lithium)
  • Obat tidur selama 1-2 minggu
  • Pengawasan penuh terhadap kecenderungan bunuh diri.

Semua proses rehabilitasi narkoba harus dipantau oleh seorang medis profesional.

Leave a Reply